Bundesliga

Mengintip Akademi Bundesliga dalam Mencetak Calon Superstar

Banyak klub-klub Bundesliga yang memiliki akademi sepak bola berkualitas tinggi. Namun, kesuksesan dan popularitas sepak bola Jerman tentu tidak lahir secara instan, tetapi melalui proses yang panjang dan bertahap. Inilah faktor-faktor yang membuat akademi sepak bola di Jerman sukses.

Bundesliga

Berawal dari Piala Euro 2000

Akademi sepak bola Jerman tidak tiba-tiba menjadi unggulan dalam beberapa tahun terakhir. Mereka telah berinvestasi untuk mewujudkan misi tersebut sejak lebih dari dua dekade lalu.

Penyebabnya adalah kegagalan Jerman di perhelatan Euro 2000, yang menyadarkan akan kelemahan mereka. Itu juga menjadi momentum yang memaksa sepak bola Jerman bekerja keras demi meningkatkan prestasi mereka.

Untuk diketahui, Jerman menjadi tim terbawah di Euro 2000. Saat itu, mereka hanya berhasil mencetak 1 poin dari tiga pertandingan yang dimainkan, paling rendah di antara tiga tim lain.

Mereka berada di Grup A, bersama Portugal, Rumania, dan Inggris. Jerman kebobolan empat gol, setelah kalah 3-0 dari Portugal dan 1-0 dari Inggris. Hasil seri 1-1 melawan Rumania menjadi satu-satunya poin yang didapat di turnamen itu.

Federasi sepak bola Jerman, DFB langsung bereaksi untuk memperbaiki prestasi mereka. Dalam laporan resmi tahun 2011, DFL (Liga Sepak Bola Jerman) menyebut bahwa kekalahan di Euro 2000 adalah momen kunci terwujudnya akademi Bundesliga yang berkualitas.

“Saat milenium baru saja mulai, Jerman mengawalinya dengan bencana dan kami sangat kekurangan pondasi profesional. Langkah selanjutnya adalah sebuah revolusi pengembangan pemain muda,” begitu bunyi pernyataan DFL.

Euro 2000 menjadi titik awal untuk menelurkan pemain sepakbola profesional untuk Jerman. Mulai dari standar fasilitas hingga pengembangan pemain muda menjadi salah satu yang ditingkatkan untuk memperbaiki kualitas akademi Liga Jerman.

Standar Fasilitas

DFB kemudian membangun 121 pusat pengembangan regional untuk pengembangan akademi dan pemain sepakbola di Jerman. Fasilitas itu diharapkan mampu memberi pelatihan dua jam per minggu kepada sekitar 4.000 anak (usia 13 – 17 tahun).

Pengembangan akademi ini kian intensif dengan DFB mewajibkan semua tim Bundesliga untuk membangun akademi yang terstruktur rapi. Tujuannya, untuk memudahkan proses scouting (pencarian bakat) dan pengembangan talenta muda. 

Sejak 2002, 60 ribuan pemain muda tersebar di 350 lebih akademi sepak bola. Tak hanya itu, ada sekitar 650 ribu bakat muda terpantau setiap tahun. Ini sangat membantu proses penyaringan potensi terbaik.

Standar Sertifikasi

Demi memastikan keseragaman kompetensi, sejak 2003 diberlakukan standar lisensi khusus untuk semua pelatih tim junior. Kemudian, di tahun yang sama saat kompetisi U-17 di Jerman mulai, yakni pada 2007, mereka melakukan sertifikasi terhadap seluruh akademi sepak bola di sana.

Ada delapan komponen yang menjadi penilaian, yakni strategi dan keuangan, pendidikan sepak bola dan evaluasi, organisasi dan prosedur, sumber daya manusia, dukungan dan training, komunikasi, infrastruktur dan fasilitas, serta efektivitas.

Satu dekade setelahnya, DFL telah melebihi target yang diharapkan dari segi ketersediaan pelatih. Pada musim 2010/11 saja, jumlah pelatih dengan lisensi pro telah mencapai 61 orang dengan target hanya 54 orang. Sementara itu, untuk pelatih dengan lisensi A telah terpenuhi 196 orang dari target hanya 36 orang.

Standar Minimal Akademi

Kini, setiap akademi Bundesliga wajib memiliki fasilitas medis, bagian keolahragaan, serta bagian non-keolahragaan. Fasilitas medis meliputi ruang perawatan untuk dokter dan fisioterapis, fasilitas penyembuhan, jaminan dokter, hingga terapis fisik. 

Fasilitas keolahragaan dan non-keolahragaan di akademi klub Jerman pun juga harus lengkap. Di antaranya meliputi empat lapangan latihan, lima pelatih termasuk pelatih kepala, guru pengajar, psikolog, fasilitas dukungan bagi pemain non lokal, hingga kelayakan pendidikan.

Jenjang Usia

DFB mengharuskan semua tim Bundesliga untuk memiliki akademi dengan berbagai kelompok usia, yakni maksimal 9 tim muda dan minimal 6 tim muda. Tim termuda adalah U-8 hingga U-11. Di kategori ini, akademi bisa merekrut sebanyak mungkin tanpa batasan. Namun, ketika mencapai usia 12 tahun, ada aturan lain.

Tim U-12 hingga U-15 adalah rentang usia selanjutnya. DFB menetapkan bahwa setiap tim hanya boleh mendaftarkan 20 pemain saja. Ini bertujuan untuk menghindari adanya ‘pemain cabutan’ saat bermain di kompetisi resmi.

Jika ada pemain telah berusia 16 tahun, maka harus dipromosikan ke tim junior U-16. Akademi bisa mendaftarkan 22 pemain. Di kategori ini, pemain belum bisa dikontrak secara profesional, tetapi sudah bisa menandatangani pra kontrak untuk mencegah pembajakan pemain oleh tim lain.

Untuk rentang usia 16-19, DFB dan DFL sebenarnya sudah menetapkan sistem kompetisi tersendiri. Biasanya, bakat pemain baru bisa terlihat dengan jelas di rentang usia ini. Bila sudah boleh menandatangani kontrak profesional, pemain dengan bakat luar biasa tersebut bisa naik kelas ke tim senior.

Begitulah kerja keras akademi di Bundesliga yang berupaya menciptakan, bukan sekadar mengimpor, bintang dunia. Soal nanti bakal dijual atau tidak, tentu tergantung kebijakan masing-masing klub.

Mau tahu perkembangan menarik seputar Bundesliga maupun informasi sepak bola dunia lainnya yang lebih lengkap? Cek UpThePost sekarang!