Rasisme

7 Kasus Rasisme dan Diskriminasi yang Pernah Terjadi di Ligue 1 Prancis

Hingga saat ini, rasisme masih menjadi topik serius yang memerlukan perhatian khusus dan tindakan antisipasi segera di seluruh dunia. Tidak hanya masyarakat, aksi rasisme dan diskriminasi juga terjadi pada dunia sepak bola global. Sayangnya, hal tersebut masih saja terjadi sampai saat ini. 

Dalam sepak bola, aksi rasisme dan diskriminasi adalah pelecehan yang dilakukan pada para pemain, ofisial, dan penggemar karena warna kulit, kebangsaan, atau etnis mereka. Beberapa orang mungkin juga menjadi sasaran karena keterkaitannya dengan tim lawan; namun, tak sedikit pula contoh individu yang dijadikan sasaran tindak rasis dan diskriminasi oleh penggemarnya sendiri.

Rasisme

Kasus Rasisme dan Diskriminasi yang Terjadi di Ligue 1 Prancis

Salah satu liga sepak bola yang santer dengan berita rasisme adalah Ligue 1 Prancis. Bahkan, kasus rasisme Liga Prancis telah menjadi perhatian yang serius di lingkup sepak bola global pada beberapa tahun terakhir. 

Meski telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, insiden rasisme dan diskriminasi Liga Prancis masih terus terjadi. Berikut ini beberapa kasus yang pernah mencuat:

  • Pada tahun 1990, selama pertandingan musim 1989-90 antara Girondins de Bordeaux dan Olympique Marseille, penjaga gawang Kamerun Joseph-Antoine Bell menjadi korban tindakan rasis saat dia kembali ke Stade Vélodrome ketika bermain untuk Bordeaux. Sepanjang pertandingan, beberapa ultras Marseille melemparkan pisang ke arahnya dan mengejeknya dengan nyanyian berbau rasial. Insiden ini mengungkap kebangkitan rasisme di stadion Prancis pada akhir tahun 1980-an, yang mendorong para pejabat klub Prancis untuk melakukan tindakan antisipasi.
  • Sekitar tahun 2007, pemain Lyon Milan Baroš dituduh melakukan pelecehan rasial terhadap Stéphane Mbia dari Rennes. Selanjutnya, Baroš dinyatakan bersalah atas sikap tersebut, tetapi dinyatakan tidak bersalah atas tindakan rasial dan dilarang tampil dalam tiga pertandingan liga.
  • Selama pertandingan antara Paris Saint-Germain dan Olympique Marseille, striker PSG Neymar berisiko mendapat skors selama 10 pertandingan setelah melakukan pelecehan rasial terhadap bek sayap Marseille asal Jepang Hiroki Sakai dua kali. Hal ini terjadi karena sebelumnya pemain Marseille Alvaro Gonzalez memanggil Neymar dengan sebutan yang tidak pantas.
  • Sebelum insiden Neymar, pemain asal Italia Mario Balotelli juga mengalami kasus rasisme saat bermain untuk Nice di Ligue 1 Prancis. Balotelli mengungkapkan bahwa dirinya menjadi sasaran pelecehan rasial dan diskriminatif dari penonton selama pertandingan.
  • Salah satu insiden rasisme Liga Prancis yang paling mencolok adalah ketika pemain klub Nice, Kasper Dolberg, menjadi korban pelecehan rasial oleh seorang penonton selama pertandingan melawan tim Olympique Marseille. Dolberg mengaku dirinya mendapatkan komentar dan panggilan yang tidak pantas oleh penonton ketika berlaga dalam pertandingan tersebut. 
  • Sementara itu, pada Desember 2022 lalu, Kylian Mbappe, Kingsley Coman, Randal Kolo Muani, dan Aurelien Tchuimeni dilecehkan secara rasial setelah tim mereka kalah di Final Piala Dunia FIFA 2022. 
  • Pada bulan April 2023 kemarin, manajer klub sepak bola juara Ligue 1 Prancis PSG Christophe Galtier dituduh membuat komentar rasis saat menjadi manajer klub Nice, tetapi ia lantas membantahnya. Meski begitu, kabar paling baru menyebutkan bahwa Sang Manajer akan diadili pada bulan Desember mendatang atas tindakan rasial yang dilakukannya. 

Upaya Mengatasi Rasisme dan Diskriminasi di Ligue 1 Prancis

Banyak pemain, pelatih, dan pihak terkait sepak bola telah mengkritik tindakan rasisme dan diskriminasi Liga Prancis. Mereka menuntut tindakan yang lebih tegas dari federasi sepak bola Prancis dan klub-klub untuk memberantas perilaku tersebut. Berbagai upaya tentu saja telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, termasuk:

  • Sosialisasi. Salah satu langkah dalam mengatasi rasisme adalah melalui sosialisasi. Klub di Ligue 1 Prancis secara aktif terlibat dalam program pendidikan untuk para pemain, staf, dan pendukung. Inisiatif ini mencakup pelatihan tentang pentingnya toleransi, keragaman, dan menghormati perbedaan. Dengan begitu, diharapkan akan tercipta budaya yang lebih inklusif di seluruh lapisan sepak bola.
  • Pengawasan dan sanksi tegas. Kejadian rasisme akan ditangani dengan serius, dan sanksi tegas akan diberlakukan terhadap individu atau kelompok yang terlibat. Ini mencakup larangan bermain, denda, atau tindakan hukuman lainnya yang sesuai. Langkah ini bertujuan untuk memberikan sinyal kuat bahwa tindakan rasialis tidak akan ditoleransi di dalam lapangan sepak bola.
  • Kampanye kesadaran di lingkup suporter. Tindakan rasial sering kali berasal dari pendukung di tribun stadion. Oleh karena itu, dilakukan kampanye kesadaran yang ditujukan kepada para pendukung untuk mengubah perilaku. Klub bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah dan lembaga sosial untuk mengedukasi para pendukung tentang dampak buruk dari rasisme dan mengajak mereka untuk mendukung tim tanpa melibatkan tindakan diskriminatif.

Meski telah dilakukan tindakan tegas untuk mengatasi rasial dan diskriminatif Liga Prancis,  masalah tersebut masih terus ada hingga sekarang. Ini berarti, komunitas sepak bola di Prancis harus terus berkolaborasi dan melakukan kerja sama yang intens dengan berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan bebas dari diskriminasi berbau rasial dalam dunia sepak bola. Ini termasuk klub, para pemain, pelatih, ofisial, pendukung, dan pihak berwenang.