Pelatih Klub Bundesliga

Mengulik Taktik Julian Nagelsmann, Pelatih Klub Bundesliga Termuda

Menjadi pelatih klub Bundesliga tentunya tidak mudah. Ada banyak kriteria yang harus dimiliki. Selain pengetahuan dan pengalaman, track record dan prestasi kepemimpinan juga jadi faktor lain yang harus dikuasai.

Menjadi pelatih sepakbola apalagi di liga elite seperti Bundesliga pun identik dengan sosok yang senior. Hal ini tak lepas dari panjangnya karier kepelatihan yang biasa jadi acuan. Namun, Julian Nagelsmann menjadi pengecualian. 

Nagelsmann menjadi anomali dengan mencatatkan diri sebagai pelatih klub liga Jerman permanen termuda yang pernah ada di sepanjang sejarah. Rekor yang Nagelsmann ukir tidak tanggung-tanggung. Mantan pemain sepakbola profesional ini pun resmi menjadi pelatih klub Bundesliga untuk kali pertama pada 2015 saat usianya baru mencapai 28 tahun.

Saat itu, dia bergabung dengan kontrak tiga tahun. Klub yang dinahkodainya pun tak sembarangan. Terakhir, Nagelsmann menjadi pelatih kepala klub raksasa Bundesliga, Bayern Munich sebelum akhirnya menjadi pelatih timnas Jerman.

Pelatih Klub Bundesliga

Profil Julian Nagelsmann

Nagelsmann lahir pada 23 Juli 1987 di Landsberg am Lech, Bavaria. Sebelum menjadi pelatih, Nagelsmann pun pernah terjun langsung di lapangan sebagai pemain profesional. Dia bergabung dengan FC Augsburg dan 1860 Munich sekaligus kapten untuk tim Munich U-19. 

Sayangnya, karier Nagelsmann tidak berlangsung lama. Pada musim 2006/2007, dia terpaksa tidak dapat bermain lantaran cedera. Pada musim berikutnya, di bawah kepelatihan Thomas Tuchel yang kini menggantikan posisinya di Bayern Munich, Nagelsmann kembali ke Augsburg. Sayangnya, untuk kedua kalinya, Nagelsmann kembali mengalami cedera pada lutut.

Hal ini pun membuatnya mau tak mau mengambil keputusan untuk mengakhiri perjalanan dan kariernya sebagai pemain sepakbola profesional saat usianya baru menginjak 20 tahun. Meski begitu, dia pun sempat membantu Tuchel sebagai pelatih kepala hingga pertengahan musim 2008.

Nagelsmann pun tidak lantas menghentikan langkah. Pelatih yang sempat disebut sebagai “Baby Mourinho” di awal masa kepelatihannya ini mengambil studi di universitas dengan jurusan administrasi bisnis selama empat semester sebelum akhirnya pindah ke ilmu keolahragaan (sport science).

Tak cuma itu, Nagelsmann juga akhirnya fokus pada kepelatihan dan kembali ke klub yang pernah dibelanya, 1860 Munich. Di sana dia menjadi asisten Alexander Schmidt untuk melatih tim Munich U-17 pada periode 2008 hingga 2010. 

Menjadi Pelatih Kepala

Hoffenheim adalah klub pertamanya menjadi kepala pelatih. Dia ditunjuk menggantikan Huub Stevens, ahli taktik veteran, yang mengundurkan diri dari posisinya lantaran isu kesehatan. Sebelumnya sejak 2010 Nagelsmann pun sudah mulai melatih TSG Hoffenheim youth academy dan bahkan mengantarkan Hoffenheim U-19 memenangkan Bundesliga U-19 pada musim 2013/2014.

Kehadiran Nagelsmann di Hoffenheim pun menjadi angin segar. Klub yang saat itu berada di peringkat ke-17 dan bahkan terancam akan terdegradasi nyatanya mampu dibalikkan keadaannya oleh Nagelsmann  di akhir musim, menduduki peringkat ke-15.

Keadaan terus membaik bagi Hoffenheim. Di musim Bundesliga 2016/2017, Hoffenheim berhasil berlabuh di peringkat ke-4 dan lolos babak kualifikasi UEFA Champions League untuk kali pertama. Hingga akhir kepelatihan Nagelsmann di 2018, Hoffenheim pun berhasil terus meningkatkan kualitas dan kredibilitasnya.

Usai bersama Hoffenheim, Nagelsmann berpindah ke RB Leipzig. Die Bullen pun mencetak beberapa rekor pertama mereka bersama sang pelatih muda, termasuk memenangkan knockout Champions League pada 2020. 

Nagelsmann kemudian resmi bergabung dengan Bayern Munich selama 18 bulan. Selama bergabung dengan klub paling dominan di Bundesliga ini, Nagelsmann pun menjadi pelatih klub liga Jerman termahal. Dia berhasil mengantarkan Die Roten kembali menjuarai Bundesliga dan 2 Super Cup.

Taktik Andalan Nagelsmann

Usia muda tak menjadikan Nagelsmann dipandang sebelah mata. Selama hampir satu dekade ini dia berhasil membuktikan kapasitas dan kualitasnya sebagai pelatih. Dia pun tak memungkiri bahwa apa yang dilakukannya banyak terinspirasi dari pelatih-pelatih lainnya, seperti Guardiola dan Tuchel.

Gaya Bermain

Salah satu alasan Bayern Munich merekrut Nagelsmann adalah karena pelatih satu ini dikenal cukup taktis dan berani mencoba strategi baru. Faktanya, kesebelasan yang diasuh Nagelsmann memang selalu menyuguhkan permainan yang unik dan menarik.

Nagelsmann sendiri bukanlah pelatih yang akan memaksakan satu gaya permainan untuk terus dicoba apalagi jika melihat kondisi tidak menguntungkan. Pelatih ini tidak takut untuk melakukan perubahan sesuai kebutuhan atas situasi–hal yang jarang dilakukan oleh pelatih-pelatih lain yang lebih senior.

Defense dan Offense

Dua musim RB Leipzig bersama Nagelsmann menjadi mimpi buruk bagi nyaris seluruh pelatih Bundesliga. Pasalnya Nagelsmann dan tim selalu tampil penuh kejutan, mampu bermain dalam sejumlah formasi mulai dari 4-4-3 hingga target man di depan maupun tanpa penyerang tengah sama sekali.

Kombinasi sempurna antara mata dan otak Nagelsmann pun pantas membuatnya juga mendapat julukan maestro taktik. Pelatih yang bahkan baru berusia 36 tahun ini pun sama sekali tak kalah–bahkan mengungguli–pelatih-pelatih lain yang lebih senior.