Kompetisi UEFA

5 Rivalitas Timnas Terpanas di Kompetisi UEFA

Sepak bola lebih dari sekadar olahraga, tetapi juga tontonan yang menarik ketika para penggemar dan pecinta olahraga ini dapat menyaksikan tim mereka bermain melawan tim lain untuk menang, mendominasi, lolos atau mempertahankan trofi, dan membuat prediksi. 

Namun, tidak semua pertandingan membangkitkan perasaan dan emosi yang intens. Pasalnya, ada pertandingan tertentu yang membangkitkan minat lebih kuat dan memicu reaksi yang lebih besar dari para penggemar, seperti misalnya yang kamu rasakan ketika menonton rivalitas di kompetisi UEFA

Kompetisi UEFA

Rivalitas Timnas Terpanas dalam Kompetisi UEFA

Melihat para tim nasional yang saling beradu, bersaing memperebutkan bola dan menuju gawang lawan akan terasa begitu memacu adrenalin. Bahkan, kompetisi sepakbola UEFA berhasil melahirkan tim nasional yang menjadi rival terpanas sepanjang sejarah. Mana saja? 

1. Prancis dan Italia

Hal ini bukanlah suatu kejutan, mengingat bahwa mereka adalah dua kekuatan besar di Eropa. Namun, Perancis dan Italia telah saling berhadapan dalam sejumlah pertandingan penting dan berisiko tinggi selama bertahun-tahun. 

Pertandingan Piala Dunia 1938, 1978, 1986, dan 1998 menghadirkan berbagai nuansa drama dalam turnamen tersebut. Misalnya, pertandingan musim diselesaikan melalui adu penalti yang selanjutnya dimenangkan oleh Prancis.

Lalu, ada dua final di Euro 2000 dan Piala Dunia 2006, yang menghasilkan satu kemenangan bagi setiap tim setelah keduanya ditentukan dengan cara yang dramatis. Piala Dunia 2006 menjadi momen tak terlupakan ketika Zinedine Zidane diberikan kartu merah oleh wasit.

2. Denmark dan Swedia

Tim nasional selanjutnya yang menjadi rival terpanas dalam kompetisi sepakbola UEFA adalah Denmark dan Swedia. Persaingan yang relatif seimbang bermula pada tahun 1913. Pada musim itu, dari 103 pertandingan yang dimainkan, Denmark menang 40 kali dan Swedia 45 kali. 

Namun, tetap saja pertandingan-pertandingan itu menimbulkan banyak kontroversi. Satu pertandingan yang paling tak terlupakan adalah kualifikasi Euro 2008. Kala itu, Swedia unggul 3-0, tetapi Denmark dengan gemilang berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3.

Di menit terakhir, wasit Herbert Fandel memberikan penalti kepada Swedia. Namun, tak disangka bahwa salah seorang penggemar Denmark justru bersikap anarkis dengan menyerbu lapangan dan mencoba memukul Fandel.

Dari insiden tersebut, kemenangan tak tergantikan dengan skor 3-0 alias kemenangan default diberikan pada Swedia. 

3. Jerman dan Belanda

Kompetisi UEFA juga berlangsung sangat seru bagi Tim Nasional Jerman dan Belanda. Di Inggris, banyak orang yang mengira persaingan terbesar Jerman ada di pihak mereka. Namun, tentu saja antipati orang Jerman sebenarnya adalah terhadap Belanda. 

Persaingan yang lebih luas ini mungkin berakar pada isu-isu sosial yang lebih luas, tetapi jelas juga sering terjadi di lapangan. Misalnya, kedua negara terkenal bentrok di Piala Dunia 1990, yakni ketika Frank Rijkaard dan Rudi Voller saling melontarkan kata-kata kasar.

Namun, pertandingan besar antara keduanya terjadi pada tahun 1974 ketika Jerman Barat berhasil mengalahkan Belanda di final Piala Dunia. Pertandingan berlangsung di Munich. Kala itu, Belanda seharusnya mewujudkan janji mereka dan memimpin melalui penalti pada menit kedua, tetapi justru kalah oleh gol Paul Breitner dan Gerd Muller.

4. Serbia dan Croatia

Setelah perpecahan Yugoslavia, perselisihan skala nasional justru meluas ke sejumlah cabang olahraga—mulai dari tenis, bola basket, polo air, dan sepak bola. Persaingan ini sering terjadi di level klub, terutama antara Red Star Belgrade dan Dinamo Zagreb.

Satu pertandingan yang dihelat pada tahun 1990 menjadi momen tak terlupakan ketika Zvonimir Boban dianggap sebagai pahlawan nasional. Saat itu, ia menendang seorang polisi menyusul kerusuhan di tribun penonton.

Kedua tim nasional ini sebenarnya baru bermain sebanyak dua kali, tetapi kedua pertemuan tersebut, bisa dibilang, cukup panas. Bahkan, pada pertandingan kedua, terjadi pelanggaran besar yang dilakukan pemain Kroasia Josip Simunic.

5. Inggris dan Skotlandia

Rivalitas tertua dari kompetisi UEFA di antara semuanya adalah Inggris dan Skotlandia. Bahkan, ini merupakan pertandingan internasional tertua di antara semuanya. Inggris dan Skotlandia telah saling berhadapan sebanyak 112 kali sejak pertemuan pertama pada tahun 1872.

Sebagian besar pertandingan antara kedua tim nasional ini diwarnai dengan semangat nasionalistik. Antusiasme dan semangat ini bermula dari kondisi negara yang secara historis tertindas dalam menghadapi negara yang menjadi penindasnya.

Kedua belah pihak memiliki pertemuan favorit merek. Sebut saja “Wembley Wizards” Skotlandia yang mengejutkan Inggris dengan kemenangan 5-1 di stadion lama pada tahun 1928. Lalu, ada juga tendangan voli brilian Paul Gascoigne di Euro 96, hingga pertemuan tahun 1977 di London yang menyaksikan tim Skotlandia tiba di London. 

Persaingan ini dimulai kembali ketika keduanya bersaing memperebutkan tempat di Piala Dunia 2018. Ajang pertandingan ini menandai pertama kalinya mereka bermain imbang di kualifikasi non-playoff untuk turnamen besar.

Itu tadi rivalitas tim nasional paling panas sepanjang kompetisi UEFA. Tidak bisa dimungkiri bahwa setiap tim nasional suatu negara memang memiliki lawan yang tangguh. Namun, rivalitas ini tidak sekadar pertarungan untuk gelar, tetapi juga ajang pembuktian keunggulan dan kebanggaan nasional.